Folat dan asam folat adalah dua istilah vitamin yang sering dianggap sama, namun sebenarnya tidak. Meskipun keduanya dikonsumsi dengan tujuan yang sama, namun cara pemenuhan asupan dan efeknya tehadap kesehatan dapat berbeda.
Folat dan asam folat, apa bedanya?
Folat dan asam folat merupakan vitamin B9, suatu jenis vitamin esensial yang diperlukan oleh tubuh. Folat merupakan bentuk alami dari vitamin B9 dan ditemukan dalam berbagai jenis makanan, sedangkan asam folat merupakan bentuk sintetis dari vitamin B9 yang dikonsumsi dalam bentuk suplemen, dan juga merupakan bahan tambahan pada makanan fortifikasi dengan label 5 methyl-tetrahydrofolate atau L-methylfolate.
Sumber folat dan asam folat dari makanan
Pada umumnya, kecukupan folat atau vitamin B9 sudah dapat diperoleh dari konsumsi makanan harian dengan jumlah kecukupan yang sedikit atau sekitar 400 mcg per hari. Namun, konsumsi vitamin B9 sangat diperlukan untuk perkembangan janin dalam kandungan, sehingga wanita hamil memerlukan kebutuhan folat sekitar 600 mcg per hari. Beberapa jenis makanan yang mengandung folat di antaranya:
- Makanan bersumber hewan – seperti hati sapi dan daging ayam
- Biji-bijian – lentil, kacang lima dan kacang arab
- Sayuran hijau – asparagus, brokoli, okra, kale dan bayam
- Jamur – seperti jamur shiitake
- Makanan yang difermentasi – seperti tempe dan sayuran yang difermentasi
- Olahan buah sitrus
- Spirulina (merupakan jenis alga hijau-biru yang dapat dikonsumsi sebagai makanan utuh atau dalam bentuk suplemen)
Efek dari kekurangan vitamin B9 (folat dan asam folat)
Vitamin B9 merupakan jenis vitamin yang esensial atau tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan hanya dapat diperoleh dari bahan makanan. Folat diperlukan dalam banyak fungsi organ tubuh, dan memiliki peran penting dalam fungsi saraf pusat, pertumbuhan sel dan pembentukan DNA.
Asupan vitamin B9 sangat diperlukan untuk perkembangan janin dalam kandungan dan dapat dipenuhi dengan mudah dengan pola makan seimbang. Folat diperlukan bayi untuk mencegah cacat bawaan, mencegah berat lahir rendah dan terjadinya tumbuh pendek (stunting), serta diperlukan untuk pembentukan wajah dan jantung dengan sempurna.
Meskipun jarang, terdapat peluang orang dewasa mengalami defisiensi folat dan berkaitan dengan beberapa masalah kesehatan, di antaranya:
Folat dan asam folat diserap dengan cara yang berbeda
Meskipun folat diperoleh dari makanan, namun bukan berarti asam folat pada suplemen merupakan bentuk aktif dari folat. Folat yang berasal dari makanan dapat diserap dan dipecah dengan mudah pada mukosa usus halus, sedangkan asam folat sebagian besar diserap dan mengalami metilasi pada organ liver.
Proses pemecahan asam folat pada organ liver memerlukan enzim khusus bernama dihydrofolate reductase. Namun jenis enzim tersebut tersedia dalam jumlah sedikit atau jarang ditemukan pada tubuh, sehingga proses pemecahan cenderung berlangsung lambat. Sedangkan jika asupan asam folat cukup banyak, maka substansi asam folat yang tidak dimetabolisme akan kembali pada peredaran darah.
Dari segi metabolisme, folat diserap dengan cara yang lebih efisien dibandingkan asam folat yang memicu penumpukan di dalam tubuh. Meskipun demikian, suatu studi menunjukkan konsumsi asam folat dengan vitamin B lainnya seperti Pyridoxine (B6) membuat proses pemecahan tersebut lebih efisien.
Efek samping konsumsi asam folat
Tingginya asam folat dalam darah akan menyulitkan deteksi dini defisiensi vitamin B12 dengan metode pemeriksaan darah. Dalam suatu studi literature juga disebutkan hal tersebut berkaitan dengan defisiensi vitamin B12. Masih dalam studi yang sama, penumpukan asam folat juga mempengaruhi kerja saraf dan fungsi kognitif sehingga menyebabkan beberapa gangguan seperti:
- Gangguan fokus
- Kesulitan tidur
- Gangguan emosi
- Penurunan libido
- Menimbulkan keparahan kondisi epilepsi
- Penumpukan asam folat yang tidak dapat dimetabolisme dalam waktu yang lama dapat menimbulkan masalah kesehatan sistemik, salah satunya mempercepat pekembangan kanker. Hal ini ditemukan dalam suatu penelitian yang menunjukan konsumsi asam folat dalam waktu yang lama memiliki korelasi dengan peningkatan lesi kanker pada penderita kanker kolorektal.
5 comments